![]() |
Sambutan Ketua Badko LPQ dalam Pembinaan Guru TPQ Kota Semarang (19/09/2025) |
Semarang, 19 September 2025 – Sekretariat BADKO LPQ Kota Semarang menggelar kegiatan kajian dan pembinaan yang berlangsung pada pukul 14.00–15.57 WIB. Acara ini menghadirkan Dr. Bahrul Fawaid selaku Ketua BADKO LPQ Kota Semarang dan Kyai Ziaul Amri sebagai pemateri utama. Kegiatan tersebut diikuti ratusan peserta baik secara luring maupun daring dengan jumlah tayangan langsung mencapai 517–682 partisipan.
Dalam sambutannya, Dr. Bahrul Fawaid menekankan pentingnya memasyarakatkan Al-Qur’an melalui TPQ serta menegaskan konsep “mars BADKO TPQ Kota Semarang” sebagai konsen utama. Ia juga mengingatkan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok penuh kasih sayang, bukan sekadar digambarkan dengan peperangan.
> “Santri harus dikenalkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang mengedepankan kasih sayang. Jangan sampai TPQ melahirkan generasi yang keras. Allah menegaskan dalam Al-Qur’an: Wama arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin (QS. Al-Anbiya: 107),” tegasnya.
Dr. Bahrul menambahkan, dengan jumlah santri lebih dari 9.000 di bawah naungan BADKO LPQ Kota Semarang, perlu penguatan konsep rahmatan lil ‘alamin agar nilai kasih sayang Rasulullah terus hidup dalam pendidikan anak-anak. Ia juga mengapresiasi dukungan Pemerintah Kota Semarang terhadap kiprah BADKO.
Peran Guru TPQ sebagai Peletak Dasar Keimanan
Materi dilanjutkan oleh Kyai Ziaul Amri, ulama kelahiran Tegal, yang menyoroti peran guru TPQ sebagai peletak dasar keimanan anak-anak sejak usia dini. Ia menceritakan pengalaman seorang sahabatnya dari Yogyakarta yang bertato seluruh tubuh, namun bertaubat dan kembali ke jalan Allah karena teringat masa kecilnya di TPQ bersama gurunya.
> “Pondasi iman yang ditanamkan guru TPQ akan membekas hingga dewasa. Guru TPQ bukan sekadar mengajarkan baca Al-Qur’an, tetapi juga menanamkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dengan penuh kasih sayang,” jelasnya.
Kyai Zia juga menekankan bahwa kesejahteraan guru TPQ perlu diperhatikan karena mereka berperan besar dalam membentuk karakter Islami generasi muda.
Menanamkan Mahabbah Rasul dengan Keteladanan
Dalam penjelasannya, Kyai Zia mengutip hadis yang berisi ajaran untuk mendidik anak mencintai Nabi, Ahlul Bait, membaca Al-Qur’an,. Imam Nawawi dalam syarahnya menegaskan bahwa mencintai Ahlul Bait berarti meneladani akhlak Rasulullah SAW.
Beliau juga mencontohkan tradisi ziarah ke makam ulama seperti Mbah Sholeh Darat sebagai salah satu cara mengenalkan sosok alim dan sholihin kepada anak sejak dini. Kisah-kisah ulama serta pembacaan maulid seperti Diba’ dan Dhiya’ul Lami’ dinilai sangat efektif dalam menanamkan mahabbah Rasul.
> “Cinta kepada Rasulullah SAW tidak bisa diajarkan hanya dengan teori, tetapi harus ditularkan melalui keteladanan, cerita, syair, dan kebiasaan baik,” ungkapnya.
![]() |
Kyai Zia memberikan materi sifat welas Rasul Muhammad SAW(19/09/2025) |
Tradisi Maulid dan Pendidikan Kasih Sayang Rasulullah
Kyai Zia juga menekankan pentingnya tradisi muludan di pesantren dan TPQ sebagai media mengenalkan Rasulullah kepada santri. Melalui pembacaan syair-syair seperti Rohatil serta kisah dalam kitab maulid, anak-anak bisa lebih mengenal sosok Rasulullah yang penuh welas asih.
Ia menutup dengan doa dan ajakan agar seluruh ustadz dan ustadzah TPQ senantiasa menanamkan mahabbah Rasulullah SAW pada santri dengan cara-cara yang lembut, penuh rahmat, dan berlandaskan Al-Qur’an serta sunnah.
> “Rasulullah SAW bersabda: Innama ana rahmatun wahdah – Aku adalah rahmat itu sendiri. Maka tugas kita adalah meneladani dan menebarkan kasih sayang beliau dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.