![]() |
Majelis Maulid dibaa putaran keempat (27/08/2025) dan tausiyah DR. KH. Hanief Ismail, Lc. |
Semarang, 27 Agustus 2025 – Rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Raya Baiturrahman Semarang terus berlangsung khidmat. Pada hari keempat, tausiyah disampaikan oleh Dr. KH. Hanief Ismail, Lc Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Quran Mbugen Tlogosari, Rabu (27/08), mulai pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Dalam tausiyahnya, KH. Hanief Ismail mengisahkan teladan para ulama dalam memuliakan peringatan Maulid Nabi. Salah satunya kisah Sayyid Alawi Al-Maliki, ulama besar Makkah. Beliau menceritakan ketika mengadakan acara maulid di negeri Syam, ada seseorang yang berdiri sejak awal pembacaan maulid hingga selesai. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab bahwa ia melihat wajah bercahaya dan mencium harum wewangian yang menandakan kehadiran Rasulullah SAW di majelis tersebut. Hal ini menjadi pelajaran penting tentang adab dalam memperingati Maulid Nabi.
KH. Hanief Ismail kemudian mengingatkan jamaah untuk selalu merefleksikan diri: apakah kita benar-benar pantas menjadi umat Rasulullah SAW. Rasul adalah ahsanu hukum (sebaik-baiknya teladan hukum) yang tidak pernah mencaci, membenci, atau mencemarkan aib seseorang.
Beliau juga menuturkan kisah perjuangan Rasulullah SAW saat berdakwah di Thaif. Setelah ditolak oleh penduduk Mekkah, beliau menuju Thaif, namun disambut lebih kejam hingga dilempari batu sampai berdarah-darah. Malaikat Jibril a.s. menawarkan untuk membinasakan kaum Thaif dengan malaikat penjaga gunung. Namun Rasul menolaknya seraya berkata, “Jangan, wahai Jibril. Jika mereka belum menerima dakwahku, bisa jadi anak cucu mereka kelak akan beriman.”
Benar adanya, keturunan penduduk Thaif akhirnya masuk Islam, sesuai doa Rasul: “Allahummahdii qawmii fa innahum laa ya‘lamuun” (Ya Allah, berilah petunjuk kaumku, sesungguhnya mereka belum mengetahui).
KH. Hanif Ismail menekankan pentingnya memperbanyak mempelajari sirah nabawiyah, kitab syamail, serta meneladani kesabaran dan kegigihan Rasulullah SAW. Umat Islam dituntut untuk kuat, semangat, serta menjauhi perpecahan dan permusuhan atas dasar SARA.
Beliau mengingatkan firman Allah SWT bahwa ketakwaan adalah kunci keberhasilan, dan Rasulullah SAW akan melihat hasil amal umatnya, bukan perpecahan yang melemahkan persaudaraan.
Mengakhiri tausiyah, KH. Hanief Ismail mendoakan agar umat Islam senantiasa diberikan mata hati yang terbuka, menjadi umat yang layak menyandang nama Rasulullah SAW dengan penuh kecintaan, keteladanan, dan persaudaraan.